19 Januari 2017

Menantu Idaman dalam Katalogisasi Sinetron



Paguyuban ibu-ibu pencinta sinetron sempat digegerkan oleh kematian Mas Boy. Isunya, separuh dari ibu-ibu tersebut dilarikan ke ahli terapi dan ruqyah. Sedang separuh sisanya memilih untuk bergegas mencari Dragon Ball untuk membangkitkan Mas Boy dari ajalnya. Kematian Mas Boy menjadi begitu penting, sampai-sampai hastag #RIPBoyAnakJalanan sempat merajai trending topic di Twitter. Walau begitu, ibu saya kalem-kalem saja, tuh.

Sejauh yang saya tahu, ibu saya ini tidak pernah mengikuti cerita Anak Jalanan. Saat saya mencoba bertanya, jawaban ibu saya, “Ibu enggak pernah nonton Boy itu bukan karena enggak suka. Tapi karena SCTV di tempat kita itu seharian nayangin Perjuangan Semut. Lha mbok kiro ibumu iki trenggiling opo piye?”

Sejenak saya manggut-manggut paham. Kemudian telinga saya bergindik seolah diselepet malaikat Rokib, saya tiba-tiba meyadari sesuatu. Lekas saja saya nyeletuk, “Bentar.. Bentar.. Ibu tahu apa tidak, kalau Anak Jalanan itu tayangnya di RCTI, bukan SCTV?”

Meski pengetahuan ibu saya soal per-channel-an ini begitu kurang, tapi pilihan sinetronnya bagus juga. Beliau menjatuhkan pilihan nontonnya pada sinetron noir berjudul Anugerah Cinta. Konon, salah satu alasan kenapa Mas Boy dibuat mati itu karena rating Anugerah Cinta lebih tinggi dripada Anak Jalanan.

Saya terpaksa menonton Anugerah Cinta karena saya tidak memiliki kamar pribadi. Saya tidur di kasur lantai tepat berhadapan dengan televisi. Sementara ibu saya duduk anteng di atas dipan yang tak jauh dari tempat saya berbaring. Jadi, tak ada pilihan lain, mata saya harus rela diperkosa oleh kisah cinta Arka dan Naura yang maha nggrantes itu.

Ibu saya nonton Anugerah Cinta sambil menggenggam handphone yang baru ia belai cuma saat komersial break. Saya curiga jika ibu saya ini bandar kuis tebak plot sinetron. Sehari-hari boleh saja umbah-umbah sambil nyanyi Leaving on the Jet Plan, tapi kalau sudah tersambung ke internet ternyata menjelma jadi agen Online Betting. Mau bagaimana lagi? Anugerah Cinta ini memang plot twist-nya susah ditebak. David Benioff kalau nonton sinetron ini, sudah pasti memilih untuk mengubur Game of Thrones sedalam-dalamnya.

Anugerah Cinta mengisahkan tentang seorang bidadari proletar, Naura, yang dicintai oleh Arjuna masa kini bernama Arka. Keduanya bertemu dalam ikatan yang dramatis sekali. Naura sebagai pembantu dan Arka sebagai majikannya. Tanpa perlu upaya mbribik atau tebar kode, mereka lekas saja mencintai satu sama lain. Sungguh ide cerita yang begitu kreatif. Pantas ibu saya selalu penasaran dibuatnya.

Namanya juga cinta, sudah pasti ada orang-orang azabable yang menentang hubungan asmara itu. Salah satunya adalah Ibu Vira, ibu kandung Arka itu sendiri. Sebagai istri dari seorang borjuis, Ibu Vira ini tidak rela jika memiliki menantu seorang pembantu. Jelas saja, rencana-rencana jahat segera tercipta demi merusak hubungan Arka dan Naura. Dibantu dengan Ibu Arumi dan Kinta, trio hebring ini gencar meneror Naura. Sungguh kebaruan cerita yang tak bisa dipungkiri lagi, bukan?

Meski perwatakan Ibu Vira ini galak bingit, tapi beliau memiliki anak laki-laki yang begitu sopan, murah hati, dan semua jenis ilmu PPKN tahun 2002 ada di dalam diri Arka. Belum lagi Arka ini dilengkapi dengan wajah tampan, pekerjaan mapan, pintar bermusik dan jago kung fu pula. Kebajingukan yang dimiliki Arka ini sudah barang tentu akan meningkatkan standar ideal calon mantu laki-laki. Sebagai laki-laki milenial yang masih sering kabur dari tukang parkir, njuk aku isoh opo, Dek?

Anugerah Cinta adalah sinetron maha epic yang selalu berhasil membuat saya tratapan. Antara memahami kejeniusan plot twist maupun kefantastisan tokoh-tokoh di dalamnya. Pengalaman mengikuti serial kisah cinta Arka dan Naura inilah perasaan saya lebur. Rasa-rasanya kok seperti menonton konser Burgerkill sekaligus ditemani Dian Sastro yang sedang membaca Tragedi Winka dan Sihka milik Sutardji Calzoum Bachri tepat di daun telinga saya. Mrinding!

Meski demikian, ibu saya ternyata sering nyinyirin adegan-adegan yang dirasa terlalu hyperralistic. Seperti kejadian ketika Ibu Arumi meracuni Naura agar rahimnya rusak. Naura jatuh sakit, lalu menjalani pengobatan, sembuh total, dan segera menuntut balas pada Ibu Arumi. Semua itu terjadi dalam satu hari saja. Ini klinik akupuntur Wong Fe Hung juga gak gitu-gitu amat perasaan.

Penyinyiran ibu saya yang ditujukan untuk film ini juga menjadi bukti oppositional code-nya Pakdhe Stuart Hall. Walau menontonnya bikin frustasi, tapi Anugerah Cinta berhasil memberi candu yang tak bisa dihentikan. Rasanya ingin nonton terus. Ingin frustasi terus. Mungkin ini pula yang terjadi pada saya ketika membaca sederet twit Agus Mulyadi yang rutin membela kisah asmaranya sendiri. Ah, mbok ya tokoh Arka itu diperankan oleh Agus Mulyadi, tho. Barangkali judulnya bisa dikondisikan menjadi ‘Anuku Gerah, Cintaa’.

Meski, ya, saya ingin misuh-misuh tiap menonton sinetron satu ini, namun tak dapat dipungkiri jika pada akhirnya saya ketagihan. Satu malam saja tidak menonton Anugerah Cinta, ibarat main cap ji kia tanpa kemulan sarung. Ra komplit!

Jadi begitu, keluarga saya tidak turut meramaikan linimasa meski Mas Boy telah berpulang. Dari yang saya dengar, Mas Boy ini lak bocah racing, tho? Jelas beda dengan Den Arka yang jadi eksekutif muda itu. Meski keduanya sama-sama sugih mblegedu, tapi ibu saya lebih menyukai sosok Arka. Terbukti dari ujaran beliau di suatu sore, “Le, Arka itu akhlaknya baik, sukses dan guantheng. Iyo opo ora?” Belum sempat saya menjawab apa-apa, beliau meneruskan, “Hambok, ibumu iki golekno mantu koyo ngono kui.”

Mak jegagik! Spontan saja saya tratapan. “Sik sik, Buk. Ibu kan anaknya empat. Yang wadon satu, sudah dirabi. Lha njuk mantu modelan Arka itu buat siapa?”

“Lho yo buat kamu tho, Le. Lha Ibuk umpama berharap kamu jadi seperti Arka itu jelas ora mungkin, tho. Minimal kowe ra lulus babagan rai.” Menerima bombardir seperti itu, saya lekas saja mlipir daripada makin dikata-katai soal estetika wajah. Belum jauh kaki ini melangkah, ibu saya menggamit kaos saya dari belakang seraya berbisik pelan di ambang pintu telinga saya, “Cah kuliah seni rupa kok ora rupawan blas.” 
Imgae source: popmagz.com

43 komentar:

  1. Jadi, aku ndak masuk kriteria ibukmu, nih? Aku jauh ik dari Mas Arka. Buedaaaaaaaaaa bwangweeeeetttt malah :(

    Aku masih yakin bahwa kamu hanya beralibi menggunakan nama ibukmu. Padahal, kamu emang suka nonton Anugerah Cinta. Wong hampir tiap malam kamu laporan perkembangan adegan di sinetron itu kok. Hayooo. Ngaku!

    Btw, postingan baru kita kali ini sama-sama nyebut kata proletar muahaha

    Sekian. :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bhauahahak. Santai. Ke Solo dulu aja.

      Lho lha namanya korban hegemoni pemilihan channel TV. Mau tak mau, suka tak suka, doyan atau tidak, tetep saja harus menyaksikan itu.

      Tabik!!

      Hapus
  2. Sirahku rodok mumet moco tulisan sinetron, Ham. Mirip-mirip koyo pas nonton sinetron, mripat e kudu dibuka gen mendeleng ngasi meh mlumpat. Sinetron sing gayeng i yo Mas Boy, ngasih isoh ndongkrang penjualan motor cobo. Wah, bahkan isoh wae diteliti, yo... Dadi penelitian sing ra penting banget tapi gayeng.

    Btw, model-model sinetron saiki ayu-ayu lan bagus ya. Semlohay~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waa lha kowe ketinggalan cakrawala informasi nek ngono ki. Tahun 2003 wes ono Montir-Montir Cantik sing ngelarisi bengkel-bengkel setempat. Emang pancen sinetron karo otomotif kui perpaduan apik.

      Hapus
    2. RETWEET KOMENTARNYA BANG JUNG!

      Ditambah mungkin banyak derai tawa sumbang yang kebangetan jika tak dilepaskan segera, wetengku ngilu bos! HAHAHA

      Hapus
  3. INI POSTINGAN BANGSAT! Ngakak anjis bacanya. KEJINGSENGAN YANG TAK PATUT DIMAKLUMI! Apaan segala Anugerah itu sinetron noir. Bangsaaaat. Banyak diksi yang bikin aku ngakak, Ham.

    Dan habis baca ini... aku jadi pengen David Fincher membaca postingan ini dan menyeriusi Anuku Gerah, Cinta. Mengangkatnya ke layar lebar. Dari judulnya saja sudah menjanjikan akan menghasilan penghasilan kotor yang besarnya melebihi penghasilan film Avatar. Aku yakin pasti film David Fincher yang Fight Club, The Social Network, bahkan Gone Girl, pasti kalah cerdas dibanding film yang itu.

    Oh iya, sering-sering nulis kayak gini ya, biar aku ditatapin aneh selalu sama teman kantor yang duduk di sebelahku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Padahal jawasentris gitu tulisanku. Kamu ngerti?

      Kenapa Fincher dibawa-bawa cuk. Beda kelas. Kerenan Anugerah Cinta!

      Hapus
  4. Aku kudu ngakak iki, hahaha...

    Aku pengikut mas boy dan arka loh, lah anakku ajah suka mas boy sampai menamai dirinya mas boy...hahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lalu dikau menamai dirimu Aruni. Benar-benar..

      Hapus
  5. Padahal bagi saya, kamu udah cukup rupawan, Ham. Ibu kamu seleranya tinggi banget.

    BalasHapus
  6. Emang kalo main capjikia kudu kemulan sarung? Lagi ngerti. Wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kulturnya begitu mustinya. Sebab itu bagian dari aktualisasi diri dalam bentuk fesyen.

      Hapus
  7. Ahahaha... Ya ampuuun..endingnya epic. Cah seni rupa tapi ora rupawan. :p

    Aku roaming kalau soal sinetron. Tapi kalau lambe turah mah update dong..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lha mau bagaimana lagi, mbak. Sinetron itu sudah seperti pegangan hidup.

      Hapus
  8. Sik... Sik, Mas. Ibu minta mantu model Arka? Akhlak baik, sukses dan guantheng. GUANTHENG lho, Mas.GUANTHENG. Yakin iku???

    BalasHapus
  9. Anjirrr “Cah kuliah seni rupa kok ora rupawan blas" mitos ibu yang selalu 'menampankan' anaknya tidak berlaku ketika berhadapan dengar Arka.

    Jangan ninggalin tiwi karna lu nyari modelan arka, ham.

    Btw, ciyee dot com ciyee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Arka sudah jadi parameter dalam dunia perupaan. Aku yang segini-gini aja jelas tertepis jauh-jauh.

      Heh. Ngawur. Intiwi, seleraaku~~

      Hapus
    2. Apaan intiwi, kampret hahaha

      Hapus
    3. Jadi, tiwi lebih milih Ilham atau arka?

      Hapus
  10. Anjir... Gue ngakak tengah malem baca postingan ini. Hahahaha...
    Ini postingan menghibur banget. Ditunggu ya cerita Arkanya lagi. Hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wha lha kalau direrus-teruske mending dadi dalang sisan aku ki.

      Hapus
  11. Butuh waktu beberapa menit untuk mencerna percakapan bahasa Jawa-nya. Sampai akhirnya aku menyerah. Ga ngerti, Ham.
    Mama papa-ku justru pecinta anak jalanan sekali. Alasan nonton sinetronnya adalah "Enak, ga perlu mikir. Otak mama kan capek seharian kerja."
    Tapi akhirnya seringkali aku terjebak di percakapan yang aku ga ngerti karena ngomongin Boy.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bahahaha. Ya maaf ya terlalu jawasentris begini.
      Alasan orangtuamu sepertinya tidak bisa dipakai untuk nonton Anugerah Cinta. Sebab AC itu mikirnya beraat banget. Sinetron yang begitu jenius!!

      Hapus
  12. Ampun deh. Endingnya aku suka banget. Hehehhehe...

    Masak sih Boy wafat gara-gara kalah rating? Setauku sih ya, di kehidupan nyata, istrinya (atau pacarnya ya? Entah) cemburu sama Boy yang mesra sama lawan mainnya. Akhirnya, dia nuntut sama bagian produksi supaya Boy resign. Akhirnya, jadilah dibuat skenario yang cenderung terburu-buru, Boy dibuat wafat

    Dari penuturannya, kayaknya demen banget ya, nonton Anu-gerah cinta? Hahahahaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya memang seperti itu yang ada diberita. Ceritanya saya memberi alternatif alasan lain begitu. Hahaha.

      Demen. Karena sinetron ini mengolah akal banget. Sayangnya sekarang sudah tamat. Aku sedih.

      Hapus
  13. Itulah sinetron, kadang ada yang gak masuk akal. Mana ada, penyakit yang serius bisa sembuh hanya dalam hitungan jam hehehe...
    Maka dari itu, saya jarang nonton sinetron :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bhahaha.. Justru itu lucunya, sih. Betapa futuristiknya pengobatan di sinetron itu.

      Hapus
  14. Begitu hebatnya sinetron Indonesia yang mampu mengubah tatanan berbangsa dan bernegara ya hahaha. Aku ngga pernah nonton sinetron. Apalagi sinetron si Boy. Cuman apakah sinetron Indonesia masih berjaya di terjangan sinetron India? Hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih, mas. Sehebat apapun film serial India, Korea, atau bahkan Amerika Latin pun pasti tunduk pada sinetron Indonesia. Kecuali sinetron indonesia sudah didubbing dengan bahasa Neppal.

      Hapus
  15. haha kata2 Ibuk Yang terakhir itu lhooo

    Saya juga termasuk korban nih, terpaksa nonton gara2 emak suka. Kadang ngomel2 sendiri kok ada orang tua Yang belain anaknya sampai segitunya meskipun salah. Kalau tingkat kekesalan sudah sampai ubun2 biasanya milih tidur aja :)

    BalasHapus
  16. Dulu suka sinetron, sekarang udah gak hehe. alhamdulillah... bahaya dampaknya kalau sering nonton sinetron,

    BalasHapus
  17. Hahahahahhaa senyum2 sendiri bacanya, soalnya gue salah satu penonton Anugerah Cinta juga.

    BalasHapus
  18. Ooo Mas Boy di NET kmrn endingnya meninggal to? trus the end gtu mas sinetronnya? hehe beneran baru tau soalnya
    Anugerah Cinta itu apa lagi? Siapa pemerannya? hahaha binguuung

    BalasHapus
  19. Kau yakin itu mamak kau yang ngomong, Mas? :D
    Ngga banyak tau juga bahasa Jawa.. :D

    BalasHapus
  20. Kebetulan saya dan keluarga tidak mengikuti sinetron yang dibahas Mas Ilham. Tapi keren juga lho ibunya Mas Ilham kritis juga waktu nonton sinetron, terbukti beliau banyak mengoreksi dan mengambil 'pesan' yang bisa beliau tangkap dari tontonan tsb.

    BalasHapus
  21. Beuuh...bahasan emak-emak penyuka sinetron wajib tonton ba'da maghrib ini.


    *nyambi donlot Korea.
    Haagaa..ghaa...

    BalasHapus
  22. Mas Ilham gegitunya yang nulis tetap sinetron
    Sinetron ki kisahnya mbulet, tur akeh ujug-ujug'e

    BalasHapus
  23. tunggu dulu bro. ini kok malah nyeritain sinetron anugrah cinta sih?
    penasaran gue sama kelanjutannya

    BalasHapus
  24. Apa itu diselepet?

    bahahahaha
    Kalo bude aku dirumah sukanya nonton sinetron yang di indosiar yang pemainnya glen suaminya Chelsea ituloh.

    Emang juaraaaaa

    Eh indosiar ato antepe itu yah?

    BalasHapus